skip to main
|
skip to sidebar
I r i a n t o
The Time flies like an arrow
Rabu, Agustus 13, 2008
Pantun
Pergi belanja ke tanjung pantun
Belanja sayur dan juga baju
Mari kita belajar berpantun
Melestarikan budaya melayu
Ikan sepat , Ikan gabus
lebih cepat lebih bagus
Kala hati sedang berduka
Buatlah canda agar gembira
Bila kita ingin bisa
jangan takut untuk mencoba
pergilah kita ke Jakarta
cari kabar dan berita
bila ingin mencari cinta
carilah sabar dan setia
angin dingin musim pancaroba
kena perut mual rasanya
jangan suka pakai narkoba
karena maut jadi taruhannya.
wahai ananda tajuk negeri
tulus iklas telaga negeri
berkorban jangan menghitung rugi
beramal jangan bernanti nanti
Mengapa takut menepa belati
esok lusakan ditempa juga
mengapa takut menempuh mati
esok lusa ditempuh jua
rusa banyak dalam rimba
kerapun banyak tengah berhimpun
dosa banyak dalam dunia
segeralah kita minta ampun
pisang manis pisang berangan
masak dibungkus saputangan
dunia ini pinjam pinman
akhirat kelak kampung halaman
berlayar perahu dari bintan
menyusur tepi selat melaka
lebar kepala dari badann
ikan apa coba terka..?
Banyak sayur dijual di pasar
Banyak juga menjual ikan
Kalau kamu sudah lapar
cepat cepatlah pergi makan
Kalau harimau sedang mengaum
Bunyinya sangat berirama
Kalau ada ulangan umum
Marilah kita belajar bersama
Hati-hati menyeberang
Jangan sampai titian patah
Hati-hati di rantau orang
Jangan sampai berbuat salah
Manis jangan lekas ditelan
Pahit jangan lekas dimuntahkan
Mati semut karena manisan
Manis itu bahaya makanan.
Buah berangan dari Jawa
Kain terjemur disampaian
Jangan diri dapat kecewa
Lihat contoh kiri dan kanan
Di tepi kali saya menyinggah
Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat
Tumbuh merata pohon tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai rumah tidak berdinding
Pinang muda dibelah dua
Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah
Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tinggal sembilan
Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh
Supaya engkau tidak ketinggalan
Anak ayam turun sembilan
Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan sampai putus harapan
Anak ayam turun delapan
Mati satu tinggal lah tujuh
Hidup harus penuh harapan
Jadikan itu jalan yang dituju
Ada ubi ada talas
Ada budi ada balas
Sebab pulut santan binasa
Sebab mulut badan merana
Jalan kelam disangka terang
Hati kelam disangka suci
Akal pendek banyak dipandang
Janganlah hati kita dikunci
Bunga mawar bunga melati
Kala dicium harum baunya
Banyak cara sembuhkan hati
Baca Quran paham maknanya
Ilmu insan setitik embun
Tiada umat sepandai Nabi
Kala nyawa tinggal diubun
Turutlah ilmu insan nan mati
Ke hulu membuat pagar,
Jangan terpotong batang durian;
Cari guru tempat belajar,
Supaya jangan sesal kemudian.
Tiap nafas tiadalah kekal
Siapkan bekal menjelang wafat
Turutlah Nabi siapkan bekal
Dengan sebar ilmu manfaat
Sungguh indah istana sultan
Dindingnya pualam lantainya kaca
Inilah hikayat si belang jantan
Iktibar hati petuah jiwa
Syahdan di masa dahulu kala,
Di hutan teduh di hulu kuala
Si belang hidup layaknya raja
Berkedip mata rakyat tak kuasa.
Pelanduk berkisah belang yang kejam
Menjual hutan pada serigala jahanam
Rimbunan hijau pun jadi silam
Berpuluh puak hidup terancam
Kerap belang berjalan lagak,
Turut di sisi si culas gagak
Hutan dibagi petak sepetak
agar sejahtera anak beranak
Kala si belang bertitah pandir
Seluruh khalayak haruslah hadir
Dengar, patuhi, jangan berfikir
Jika tak ingin hidup berakhir
Di hujung kisah meradanglah Sultan
Amar hukum pun menggelegar bersahutan
Mantra bersenandung menghentikan awan
Akhirnya gemuruh bumi pun menjangkau hutan
Musim itu musim penghujan
Seluruh rakyat berteduh badan,
Si belang rungsing sekujur badan
Sebab gagak bisikkan amarah Sultan
Seketika air kuala seakan terbang
Arusnya menghantam seberang menyebrang
Mahoni, jati pun menjadi alang-alang
Tercerabut, terangkat, terjerembang silang menyilang.
Angin hitam membuai pelan
Menerbangkan lalat laknat berkaki kuman
Hilang lah satu persatu karib dan kawan
Membujur kaku bersisi sisian
Di balik bukit khalayak bertikai
Bunuh membunuh bantai membantai
Terserak jasad menjadi bangkai
Ikatan kerabat pun jadi terburai
Di hujung kisah belang termangu
Rakyat dan kerabat musnah satu persatu
Riuhnya hutan pun berubah kelu
Karena amanah tersingkir nafsu
“Hai belang raja durjana,
Wakil hamba pengkhianat amanah,
Betapa matamu buta melihat tanda,
Tiada kuasamu bagi-Ku, walau sebiji zarah”
“Hai belang raja durjana,
Munafik handal perompak wahid,
Sebelum ini kuhadiahkan kau surga,
Namun fikir bijakmu bekerja pelit.”
“Hai belang, makhluk gagah tanpa kuasa,
Kau paksa Aku mengurai amarah,
Kutiupkan sedikit berangku bak sangkakala,
Semoga ini tercatat dalam sejarah.”
Dihujung kisah, di akhir cerita,
Amarah Sultan masih tersisa,
Belang terjerembab disisi singgasana,
Terkurung jeruji berpagar mantra .
Biarlah iktibar ini berwarna lara,
Semoga semuanya dijadikan ilmu,
Kelak nanti tak kan ada bencana,
Hanya karena penguasa bertuhankan nafsu.
Semoga sang-bijak kelak jadi penguasa,
Bila kata diucap, hati pun serta,
Peluhnya manis amalan taqwa,
Kepada rakyat berhutang bahagia.
Inilah pantun berkisah nasihat,
Dari celoteh kosong, si pakcik ahmad,
Maaf diminta ampun disemat,
Bila kata-kata hamba menuai umpat.
Pantun anak
Enak nian buah belimbing
Mencari ke pulau sebrang
Main bola ada pembimbing
Binatang apa berhidung panjang?
Pantun jenaka
Orang mudik bawa barang
Pakai kain jatuh terguling
Kamu senang dilirik orang
Setelah sadar ternyata juling
' 'Indah nian sinar mentari
Purnama datang tak berbelah
Melihat orang malas berlari
Ternyata sandal tinggi sebelah
Pantun sukacita
Gurih nian ikan gurami
Tambah nikmat dengan kacang
Alangkah senang hati kami
Panen raya telah datang
Pantun kiasan
Luas nian samudra raya
Pagi-pagi nelayan melaut
Tak berguna memberi si kaya
Bagai menebar garam di laut'
Pantun nasihat
Jalan-jalan ke Semarang
Bawa bandeng tanpa duri
Belajar mulai sekarang
Untuk hidup kemudian hari
Pantun dukacita
Beras miskin disebut raskin
Yang mendapat tak semua
Aku ini anak miskin
Harta benda tak kupunya
Pantun budi pekerti
Siapa yang tak simpatik
Melihat bunga dahlia
Kulit putih berwajah cantik
Sudah ayu berhati mulia
Pantun agama
Minum susu di pagi hari
Tambah nikmat tambah cokelat
Pandai-pandai membawa diri
Siapa tahu kiamat sudah dekat
Dari Dabo kepulau Lingga
Singgah sebentar ke pulau Mepar
Janganlah lupa kita berpuasa
Harus sabar menahan lapar
Pergi kepasar membeli lakse
Lakse dibeli dirumah cek bidin
disebelah rumah makcik ijah
Karne senen sudah berpuase
kami sekeluarge mohon maaf lahir bathin
selamat berpuasa 1429 hijriah
Buah duku buah durian
Ketige dengan buah selasih
Cukup dulu sampai sekian
Dan tak lupe terime kaseh
Naik kolek ke jantung jati
patah dayung kuat ombaknya
Sungguh pelik didalam hati
langit tergantung mana tiangnya
patah dayung kuat ombaknya
kolek peceh terbelah belah
langit tergantung tida bertiang
itu tanda kuasa Allah
Petang hari bakar bangkit
Buat bangkit dengan santan kelapa
Berapa banyak bintang dilangait
sama banyaknya rambut dikepala
ikan hiu ikan pari
thank you pujian diberi
iakan haruan ikan cencaru
kasihandeh baru tahu
santan kelapa diperah perah
janganlah marah2
Kepulau dua beli kalapa
kelapa dibeli seribu tiga
kepada yang tua jangan dilupa
adat timur mesti dijaga
kalau sudah suka
tak kira tua ke muda
orang lain pulih jande
aku pulih janda muda
janda bukan sembarang janda
janda muda ada harta
Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
Pilihan
Pilihan
Agustus 2008 (3)